About

Friday, December 30, 2011

jurnal psikologi


Latar belakang sedikit: Salah satu tanda umum penuaan adalah berkurangnya fungsi kognitif: Sering lupa, ngomong mulai nggak lancar, perhatian susah fokus, atau kesulitan mengerjakan hal-hal yang membutuhkan kerja keras otak. Kalau tanda-tanda itu sudah muncul sebelum jadi manula (biasanya digolongkan sebagai yang 65 tahun ke atas), sebutannya adalah dementia.
Nah, beberapa peneliti dari Australia (UNSW) menemukan metode unik untuk mendeteksi salah satu gejala penuaan dini ini: sarkasme. Dari studi mereka, dementia membuat penderitanya jadi tidak sensitif terhadap bahasa non-verbal dan makna ganda atau tersembunyi dalam pembicaraan; akibatnya, merekapun sering dianggap menjengkelkan atau tidak punya empati oleh orang-orang di sekitarnya.
Sayangnya, para peneliti itu hanya melakukan eksperimen dengan menggunakan bahasa lisan, sehingga belum diketahui apakah dementia juga mempengaruhi sensitivitas mereka terhadap sarkasme tertulis, misalnya seperti beberapa blog satir yang ada di ranah WordPress Indonesia ini;)


Researchers at the University of New South Wales found that patients under the age of 65 suffering from frontotemporal dementia (FTD), the second most common form of dementia, cannot detect when someone is being sarcastic.

“This is significant because if care-givers are angry, sad or depressed, the patient won’t pick this up. It is often very upsetting for family members,” said John Hodges, the senior author

“(FTD) patients present changes in personality and behaviour. They find it difficult to interact with people, they don’t pick up on social cues, they lack empathy, they make bad judgements,”

“People with FTD become very gullible and they often part with large amounts of money,”

“One of the things about FTD patients is that they don’t detect humour — they are very bad at double meaning and a lot of humour (other than sarcasm) is based on double meaning,”


The sarcasm test could replace some more expensive and less widely available tests for dementia, he said.
DI KUTIP DARI POPSY JURNAL PSIKOLOGI

0 comments:

Post a Comment