A. Komponen konsep diri
Konsep diri dapat
digambarkan dalam istilah rentang dari kuat sampai lemah atau dari positif
sampai negatif. Bergantung kepada kekuatan individu dari keempat komponen
konsep dirinya.
1. Identitas
Identitas mencakup
rasa internal tentang individualitas, keutuhan dan konsistensi dari seseorang
sepanjang waktu dan dalam berbagai situasi. Identitas menunjukkan menjadi lain
dan terpisah dari orang lain, namun menjadi diri yang utuh dan unik.
Pencapaian identitas
diperlukan untuk hubungan yang intim karma identitas seseorang diekspresikan
dalam berhubungan dengan orang lain.
2. Citra
tubuh
Citra tubuh membentuk
persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal maupun eksternal.
Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh
dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik
dan oleh persepsi dari pandangan orang lain.
Citra tubuh juga dipengaruhi
oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik, sikap, nilai cultural dan
sosial.
3. Harga
diri
Harga diri berdasarkan
pada factor internal dan eksternal. Harga diri dapat dipahami dengan memikirkan
hubungan antara konsep diri seseorang dan diri ideal. Diri ideal terdiri atas
aspirasi, tujuan, nilai dan standar perilaku yang diupayakan untuk dicapai.
Evaluasi diri adalah
proses mental yang berkelanjutan. Nilai-nilai atau harga diri adalah kebutuhan
dasar manusia yang dipengaruhi oleh sejumlah control yang mereka miliki
terhadap tujuan dan keberhasilan dalam hidup.
4. Peran
Peran mencakup harapan
atau standar perilaku yang telah diterima oleh keluarga, komunitas dan kultur.
Perilaku didasarkan pada pola yang ditetapkan melalui sosialisasi. Sosialisasi
itu sendiri dimulai tepat setelah lahir, ketika bayi berespons terhadap orang
dewasa dan orang dewasa berespons terhadap perilaku bayi. Anak belajar perilaku
yang diterima oleh masyarakat melalui proses berikut :
a. Reinforcement-extinction
: perilaku tertentu menjadi umum atau dihindari, bergantung apakah perilaku ini
diterima dan diharuskan atau tidak diperbolehkan dan dihukum.
b. Inhibisi
: seorang anak belajar memperbaiki perilaku, bahkan ketika berupaya untuk
melibatkan diri mereka.
c. Substitusi
: seorang anak menggantikan satu perilaku dengan perilaku lainnya, yang
memberikan kepuasan peribadi yang sama
d. Imitasi
: seorang anak mendapatkan pengetahuan, keterampilan atau perilaku dari anggota
social atau kelompok cultural.
e. Identifikasi
: seorang anak menginternalisasikan keyakinan, perilaku, dan nilai dari model
peran ke dalam ekspresi diri yang unik dan personal.
Selama sosialisasi,
seorang anak umumnya mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk berfungsi
dalam banyak peran yang berbeda. Sosialisasi yang tidak berhasil adalah
ketidakmampuan untuk berfungsi seperti yang dapat diterima oleh nilai
masyarakat.
B. Perkembangan konsep diri
Perkembangan konsep
diri adalah proses sepanjang hidup. Setiap tahap perkembangan mempunyai
aktivitas spesifik yang membantu seseorang dalam mengembangkan konsep diri yang
positif.
1. Bayi
Apa yang pertama kali
dibutuhkan seorang bayi adalah pemberi perawatan primer dan hubungan dengan
pemberi perawatan tersebut. Bayi menumbuhkan rasa percaya dari konsistensi
dalam interaksi pengasuhan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh orang tua atau
orang lain. Penyapihan, kontak dengan orang lain, dan penggalian lingkungan
memperkuat kewaspadaan diri. Tanpa stimulasi yang adekuat dari kemampuan
motorik dan penginderaan, perkembangan citra tubuh dan konsep diri mengalami
kerusakan. Pengalaman pertama bayi dengan tubuh mereka yang sangat ditentukan
oleh kasih sayang dan sikap ibu adalah dasar untuk perkembangan citra
tubuh.
2. Todler
Tugas psikososial
utama mereka adalah mengembangkan otonomi. Anak-anak beralih dari
ketergantungan total kepada rasa kemandirian dan keterpisahan diri mereka dari
orang lain. Mereka mencapai keterampilan dengan makan sendiri dan melakukan
tugas higien dasar. Anak usia bermain belajar untuk mengoordinasi gerakan dan
meniru orang lain. Mereka belajar mengontrol tubuh mereka melalui
keterampilan locomotion, toilet training, berbicara dan
sosialisasi.
3. Usia
prasekolah
Pada masa ini seorang
anak memiliki inisiatif, mengenali jenis kelamin, meningkatkan kesadaran diri,
meningkatkan keterampilan berbahasa, dan sensitive terhadap umpan balik
keluarga. Anak-anak belajar menghargai apa yang orang tua mereka hargai.
Penghargaan dari anggota keluarga menjadi penghargaan diri. Kaluarga sangat
penting untuk pembentukan konsep diri anak dan masukan negatif pada masa
ini akan menciptakan penurunan harga diri dimana orang tersebut sebagai orang
dewasa akan bekerja keras untuk mengatasinya.
4. Anak
usia sekolah
Pada masa ini seorang
anak menggabungksn umpan balik dari teman sebaya dan guru. Dengan anak memasuki
usia sekolah, pertumbuhan menjadi cepat dan lebih banyak didapatkan
keterampilan motorik, sosial dan intelektual. Tubuh anak berubah, dan identitas
seksual menguat, rentan perhatian meningkat dan aktivitas membaca memungkinkan
ekspansi konsep diri melalui imajinasi ke dalam peran, perilaku dan tempat
lain. Konsep diri dan citra tubuh dapat berubah pada saat ini karna anak terus
berubah secara fisik, emosional, mental dan sosial.
5. Masa
remaja
Masa remaja membawa
pergolakan fisik, emosional, dan sosial. Sepanjang maturasi seksual, perasaan,
peran, dan nilai baru harus diintegrasikan ke dalam diri. Pertumbuhan yang
cepat yang diperhatikan oleh remaja dan orang lain adalah faktor penting dalam
penerimaan dan perbaikan citra tubuh.
Perkembangan konsep
diri dan citra tubuh sangat berkaitan erat dengan pembentukan identitas.
Pengamanan dini mempunyai efek penting. Pengalaman yang positif pada masa
kanan-kanak memberdayakan remaja untuk merasa baik tentang diri mereka.
Pengalaman negatif sebagai anak dapat mengakibatkan konsep diri yang buruk.
Mereka mengumpulkan berbagai peran perilaku sejalan dengan mereka menetapakan
rasa identitas.
6. Masa
dewasa muda
Pada masa dewasa muda
perubahan kognitif, sosial dan perilaku terus terjadi sepanjang hidup. Dewasa
muda adalah periode untuk memilih. Adalah periode untuk menetapakan tanggung
jawab, mencapai kestabilan dalam pekerjaan dan mulai melakukan hubungan erat.
Dalam masa ini konsep diri dan citra tubuh menjadi relatif stabil.
Konsep diri dan citra
tubuh adalah kreasi sosial, penghargaan dan penerimaan diberikan untuk
penampilan normal dan perilaku yang sesuai berdasarkan standar sosial. Konsep
diri secara konstan terus berkembang dan dapat diidentifikasi dalam nilai,
sikap, dan perasaan tentang diri.
7. Usia
dewasa tengah
Usia dewasa tengah
terjadi perubahan fisik seperti penumpukan lemak, kebotakan, rambut memutih dan
varises. Tahap perkembangan ini terjadi sebagai akibat perubahan dalam produksi
hormonal dan sering penurunan dalam aktivitas mempengarui citra tubuh yang
selanjutnya dapat mengganggu konsep diri.
Tahun usia tengah
sering merupakan waktu untuk mengevaluasi kembali pengalaman hidup dan
mendefinisikan kembali tentang diri dalam peran dan nilai hidup. Orang usia
dewasa tengah yang manerima usia mereka dan tidak mempunyai keinginan untuk
kembali pada masa-masa muda menunjukkan konsep diri yang
sehat.
8. Lansia
Parubahan pada lansia
tampak sebagai penurunan bertahap struktur dan fungsi. Terjadi penurunan
kekuatan otot dan tonus otot.
Konsep diri selama
masa lansia dipengaruhi oleh pengalaman sepanjang hidup. Masa lansia adalah
waktu dimana orang bercermin pada hidup mereka, meninjau kembali keberhasilan
dan kekecewaan dan dengan demikian menciptakan rasa kesatuan dari makna tentang
diri makna tentang diri mereka dan dunia membentu generasi yang lebih muda
dalam cara yang positif sering lansia mengembangkan perasaan telah meninggalkan
warisan.
C. Factor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
Adapun factor-faktor
yang mempengaruhi pembentukan konsep diri adalah sebagai berikut :
1. Tingkat
perkembangan dan kematangan
Perkembangan anak
seperti dukungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak akan mempengaruhi
konsep dirinya.
2. Budaya
Dimana pada usia
anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya, kelompoknya dan
lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan membawa anak lebih dekat
pada lingkungannya.
3. Sumber
eksternal dan internal
Dimana kekuatan dan
perkembangan pada individu sangat berpengaruh terhadap konsep diri.
4. Pengalaman
sukses dan gagal
Ada kecendrungan
bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri demikian pula sebaliknya.
5. Stresor
Stresor menantang
kapasitas adaptif seseorang. Selye (1956) menyatakan bahwa stres adalah
kehilangan dan kerusakan normal dari kehidupan, bukan hasil spesifik tindakan
seseorang atau respon khas terhadap sesuatu. Proses normal dari kematangan dan
perkembangan itu sendiri adalah stresor. Stresor konsep diri adalah segala
perubahan nyata atau yang diserap yang mengancam identitas, citra tubuh, harga
diri, atau perilaku peran.
a) Stresor
identitas
Identitas
didefinisikan sebagai pengorganisasian prinsip dari system kepribadian yang
bertanggung jawab terhadap kesatuan, kontinuitas, keunikan, dan konsistensi
dari kepribadian. Identitas dipengaruhi oleh stresor seumur hidup.
Bingung identitas
terjadi ketika seseorang tidak mempertahankan identitas personal yang jelas,
konsisten, dan terus sadar. Kebingungan identitas dapat terjadi kapan saja
dalam kehidupan jika seseorang tidak mampu mengatasi stresor identitas. Dalam
stress ekstrem seorang individu dapat mengalami depersonalisasi, yaitu suatu
keadaan dimana realitas internal dan eksternal atau perbedaan antara diri dan
orang lain tidak dapat ditetapkan.
b) Stresor
citra tubuh
Perubahan dalam
penampilan, struktus atau fungsi bagian tubuh akan membutuhkan perubahan dalam
citra tubuh. Makna dari kehilangan fungsi atau perubahan dalam penampilan
dipengaruhi oleh persepsi individu tentang perubahan yang dialaminya. Citra
tubuh terdiri atas elemen ideal dan nyata. Seorang wanita yang memasukkan
payudara sebagai citra tubuhnya dalam elemen ideal, maka kehilangan payudara
akibat mastektomi dapat menjadi perubahan yang signifikan. Makin besar makna
penting dari tubuh atau bagian spesifik, maka makin besar ancaman yang
dirasakan akibat perubahan dalam citra tubuh.
c) Stresor
harga diri
Harga diri adalah rasa
dihormati, diterima, kompeten dan bernilai. Banyak stresor mempengaruhi harga
diri seorang bayi, usia bermain, prasekolah dan remaja. Ketidakmampuan untuk
memenuhi harapan orang tua, kritik tajam, hukuman yang yang tidak konsisten,
persaingan antara saudara sekandung, dan kekalahan yanmg berulang dapat menurunkan
tingkat nilai diri. Stresor pada orang dewasa mencakup ketidakberhasilan dalam
pekerjaan dan kegagalan dalam hubungan.
d) Stresor
peran
Peran membentuk pola
perilaku yang diterima secara sosial yang berkaitan dengan fungsi seorang
individu dalam berbagai kelompok sosial. Sepanjang hidup orang menjalani
berbagai perubahan peran. Perubahan normal yang berkaitan dengan pertumbuhan
dan maturasi mengakibatkan transisi perkembangan. Masing-masing dari transisi
dapat mengancam konsep diri yang mengakibatkan konflik peran, ambiguitas peran
atau ketegangan peran.
1) Konflik
peran
Konflik peran adalah
tidak adanya kesesuaian harapan peran. Jika seseorang diharuskan untuk secara
bersamaan menerima dua peran atau lebih yang tidak konsisten, berlawanan, atau
sangat eksklusif maka dapat terjadi konflik peran. Terdapat tiga jenis dasar
konflik peran yaitu :
a. Konflik
interpersonal terjadi ketika satu orang atau lebih mempunyai harapan yang
berlawanan atau tidak cocok secara individu dalam peran tertentu.
b. Konflik
antar-peran terjadi ketika tekanan atau harapan yang berkaitan dengan satu
peran melawan tekanan atau harapan yang saling berkaitan.
c. Konflik
peran personal terjadi ketika tuntutan peran melanggar nilai personal
individu.
2) Ambiguitas
peran
Ambiguitas peran
mencakup harapan peran yang tidak jelas. Ketika terdapat ketidakjelasan
harapan, maka orang menjadi tidak pasti apa yang harus dilakukan, bagaimana
harus melakukannya, atau keduanya.
3) Ketegangan
peran
Ketegangan peran
adalah perpaduan antara konflik peran dan ambiguitas peran. Ketegangan peran
dapat diekspresikan sebagai perasaan frustasi ketika seseorang merasakan tidak
adekuat atau merasa tidak sesuai dengan peran.
Kelebihan beban peran
terjadi ketika seseorang individu tidak dapat memutuskan tekanan mana yang
harus dipatuhi karna jumlah tuntutan yang banyak dan konflik prioritas.
6. Usia,
keadaan sakit dan trauma
Dimana usia tua dan keadaan
sakit akan memengaruhi persepsi seseorang
1 comments:
koment dunk
Post a Comment